Keluhan Awal Kuping Gatal
Ada 5 penyakit telinga yang saat ini menjadi
perhatian utama ahli kesehatan, yaitu congek (otitis media), serumen (kotoran
telinga), kebisingan, tuli sejak lahir, dan ototoksik. Khusus untuk ototoksik, adalah
konsumsi atau penggunaan obat tertentu yang menyebabkan seseorang mengalami
gangguan pendengaran. Ada
beberapa jenis obat yang ototoksik. Misalnya, obat suntik, obat minum jenis antibiotik,
dan obat tetes telinga. Obat suntik maupun antibiotic, tidak bisa dikonsumsi
sembarangan. Obat itu harus menggunakan resep dokter. Tentu dokter tidak akan
sembarangan memberikan antibiotic atau menyuntikkan jenis obat yang malah
menimbulkan komplikasi.
Yang patut diawasi dan terus
diingatkan
masyarakat harus waspada terhadap penggunaan obat tetes telinga.
Dengan mudah dan tanpa resep dokter, masyarakat bisa datang ke apotek untuk
membeli obat tetes telinga. Padahal belum tentu obat tetes telinga itu cocok
dengan keluhan yang dideritanya.
Ada bermacam-macam jenis obat tetes telinga
Penggunaannya juga
harus disesuaikan dengan indikasinya. Jangan sembarangan menggunakannya.
Misalnya, telinga yang terinfeksi bisa diobati dengan obat tetes merek X. Atau
telinga yang terasa gatal-gatal dan tidak mempan meski sudah dibersihkan dengan
cotton buds, bisa diatasi dengan obat tetes merek Y. Kebanyakan pasien tidak
tahu akan indikasi setiap obat tetes telinga tersebut. Umumnya masyarakat
menganggap tidak banyak jenis obat tetes telinga. Atau semua obat tetes telinga
bisa menyembuhkan keluhan yang dialami indera pendengaran tersebut. Ini yang
salah kaprah.
Misalnya
ada seorang pasien yang
berobat dengan keluhan telinga yang terasa sakit, berdenging, dan mengalami
penurunan pendengaran. Itu terjadi setelah pasien tersebut meneteskan obat
tetes telinga. Keluhan awal adalah telinganya gatal. Pasien tersebut lantas
membeli obat tetes telinga di apotek tanpa konsultasi dengan dokter terlebih
dulu.
Setelah diperiksa, ternyata
gendang telinganya berlubang. Dijelaskan bahwa obat tetes telinga yang dibeli
justru membuatnya mengalami gangguan pendengaran. Dalam kondisi gendang telinga
yang berlubang, obat tetes telinga tersebut mudah masuk ke telinga bagian
tengah yang di dalamnya terdapat rumah siput dan syaraf pendengaran. Padahal,
seharusnya telinga bagian tengah itu steril.
Obat tetes telinga itu masuk ke
syaraf pendengaran
Ini yang membuat pasien itu jadi mengeluh telinganya
berdenging dan juga vertigo. Akhirnya dia mengalami gangguan pendengaran. Kalau
hanya sampai di telinga di telinga bagian tengah, masih ada kemungkinan pasien
diterapi dengan operasi. Tapi kalau sudah masuk ke telinga bagian dalam, susah
mengobatinya. Pasien berisiko tinggi mengalami gangguan pendengaran yang
menetap.
Bila sudah tuli menetap, mau
tidak mau pasien menggunakan alat Bantu dengar. Juga perlu terapi auditory
training. Kalau perlu, belajar menggunakan bahasa isyarat. Sebab, tidak ada
pengobatan untuk penderita yang sudah mengalami tuli ototoksik. Karena itu,
pencegahan agar tidak mengalami hal tersebut menjadi sangat penting.
Para
ahli THT
yang mengurusi penyakit
pada telinga ini mengimbau masyarakat agar tidak meremehkan gangguan telinga.
Jika ada keluhan, jangan diobati sendiri. Bahkan, pembersihan kotoran telinga
(serumen) juga sebaiknya dilakukan dokter. Salah teknik membersihkan, akan
berdampak pada telinga. Segeralah ke dokter. Itu justru tindakan terbaik.
Sebab, masyarakat tidak paham tentang anatomi telinga.
Jangan pula mengabaikan gejala
yang muncul dari telinga. Banyak sekali pasien yang datang ke klinik THT, sudah dalam kondisi parah. Banyak yang tidak
merasa sakit pada telinganya. Padahal setelah diperiksa, gendang telinganya
sudah berlubang. Nah?!
(Source: Jawa Pos)
(Source: Jawa Pos)