Makin Tua Makin Tinggi Risiko Stroke

Cara Paling Mudah Agar Tidak Stroke
Adalah mengenali factor risiko menderita stroke. Ada 2 jenis factor risiko. Yakni, yang bisa dan tidak bisa diubah. Faktor risiko yang tidak bisa diubah adalah usia. Semakin bertambah usia, risiko untuk menderita stroke kian besar. Dalam framingham stroke profile, yakni skor untuk menilai tingkat keparahan dari penyakit stroke, pasien yang berusia 54-56 tahun masih diberi nilai nol. Tetapi bila sudah masuk usia 57-59, pasien sudah mendapat poin satu. Makin tua usia penderita, jelas poin yang didapat tambah besar. Maka risiko untuk menderita stroke juga tambah tinggi.
Faktor risiko yang tidak bisa diubah lainnya 
adalah laki-laki, ras, dan family history. Bila 2 orang tua (bapak dan ibu) sama-sama menderita stroke, anaknya berisiko 2 kali lipat menderita penyakit yang sama. Kalau hanya salah seorang saja, misalnya ayah atau ibu, tingkat risikonya berkurang.
Salah satu factor yang baru saja dimasukkan kelompok risiko stroke yang tidak bisa diubah adalah terlahir dengan berat badan rendah (low birth). Mengenai hal tersebut, belum ada kejelasan. Namun ada beberapa teori yang menyebut itu terkait dengan pembuluh darah bayi yang immature saat dilahirkan. Itulah yang dianggap meningkatkan risiko mengalami stroke di kemudian hari.
Faktor yang bisa diubah, sangat banyak.
Hipertensi masih menjadi penyebab terbanyak seseorang menderita stroke. Dulunya rokok tidak terlalu diperhatikan. Namun belakangan ini justru rokok yang menyulut peningkatan penderita stroke. Rokok juga menjadi alasan tingginya risiko pria menderita stroke jika dibandingkan dengan perempuan. Contonya adalah salah seorang pasien ada yang sudah  mengalami serangan stroke 8 kali. Itu terjadi karena si pasien tidak mau lepas dari rokok walau dokter dan keluarga sudah melarangnya.
Pasien itu berhenti merokok setelah tangannya lumpuh sehingga tidak bisa merokok. Kebetuan, istrinya juga tidak mau menyulutkan rokok langsung ke mulutnya. Jadi mau tidak mau ia harus berhenti merokok.
Faktor lainnya yang tidak boleh diabaikan 
adalah konsumsi kontrasepsi oral (minum). Terutama, kontrasepsi yang mengandung estrogen saja. Sebab, estrogen malah justru merusak endotel. Karena itu, keberadaan estrogen harus diimbangi progesterone. Justru efeknya memperbaiki endotel.
Mengenali gejala stroke juga tidak kalah penting. Bila tiba-tiba mengalami gangguan gerak, rasa, dan bicara, pasien sebaiknya langsung dibawa ke RS yang menyediakan layanan stroke. Sebab, golden period-nya hanya 3-4 jam. Bila ditangani lebih dari masa itu, dikhawatirkan akan ada gejala kecacatan. Bahkan bisa juga meninggal. Dengan penanganan yang akurat, kematian stroke bisa diminimkan.
(Source: Tabloid Nurani)