Emboli Air Ketuban Bisa Mematikan

Kejadiannya Bisa Cepat dan Penanganannya Sulit
Setiap ibu hamil ingin proses persalinannya lancer. Ada kalanya persalinan mengalami kendala. Salah satunya emboli air ketuban. Kendala yang satu ini tergolong jarang terjadi. Bila ibu hamil mengalaminya, sebagian besar akan berakibat fatal. Di emboli air ketuban ada sebagian air ketuban ataupun material janin yang masuk ke aliran darah ibu. Bisa berupa rambut, debris (jaringan mati), atau bahkan air ketuban.
Mekanisme Emboli Air Ketuban
Saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama vena) terbuka. Rasa mulas dan ketegangan fisik yang luar biasa akan meningkatkan aliran darah ibu. Air ketuban beserta komponennya bisa nyasar ke dalam sirkulasi darah. Selanjutnya air ketuban dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu. Jika sumbatan di paru-paru meluas, lama-lama aliran darah jantung tersumbat. Akibatnya, timbul gangguan pada jantung dan paru-paru.
Menurut literature 
Angka kematian ibu yang mengalami emboli air ketuban cukup tinggi. Yakni, sekitar 60-80 persen. Memang masih ada sekitar 20 persen ibu yang survive dari emboli air ketuban. Namun tetap butuh perawatan intensif yang lama. Tingkat kematian tersebut tidak hanya di RS yang kecil. Bahkan di RS dengan fasilitas yang lengkap sekalipun masih ada kejadian ibu hamil meninggal karena emboli air ketuban. Bergantung kecepatan dan ketepatan dokter ketika bertindak menangani pasien. Sebab, kejadiannya sangat cepat dan tidak bisa diprediksi. Angka kejadian emboli air ketuban di Asia Tenggara mencapai 1:27 ribu persalinan.
Meski semula kehamilan tidak ada masalah sama sekali 
Bisa saja sewaktu persalinan, ibu tiba-tiba mengalami emboli air ketuban. Kejadian begitu bisa menimpa siapa saja. Walau begitu, ada beberapa kelompok ibu berisiko tinggi emboli air ketuban. Antara lain, pengidap hipertensi, kehamilan ganda, dan cairan ketuban yang terlalu banyak.
Pada beberapa kasus, muncul gejala sebelumnya 
Antara lain, ibu hamil muntah, ada bercak kemerahan di mata. Namun, kebanyakan, secara mendadak pasien terengah-engah, sesak, shock, wajah membiru, serta denyut jantung melambat. Dalam kondisi tersebut, pasien rentan mengalami gagal napas. Jika fase itu bisa terlewati, masih ada ancaman kedua yang tidak kalah berat dan fatal. Yakni, ibu mengalami kegagalan faal pembekuan darah. Dampaknya, darah tidak bisa membeku. Dalam dunia medis, itu dinamakan disseminated intravascular coagulation (DIC). Jadi, pasien mengalami pendarahan hebat di seluruh tubuh. Dalam kondisi begini, susah penanganannya.
Kalau kemudian Si ibu meninggal dan diketahui janin masih hidup masih mungkin dilakukan operasi Caesar
Lima menit setelah ibu meninggal dan bayi masih hidup, bisa segera dioperasi. Bila lebih dari itu, aliran darah ibu benar-benar berhenti. Dan janin yang tidak mendapat suplay darah dari sang ibu akan ikut meninggal. Sayangnya, tindakan tersebut tidak lazim, bahkan masih menjadi polemik. Belum tentu pihak keluarga menyetujui tindakan tersebut. Untuk mendapatkan persetujuan itu, dibutuhkan waktu, Padahal, proses penyelamatan nyawa si kecil diburu waktu.
(Source: Tabloid Nurani)