Kasus Keputihan Pada Wanita
Ada seorang wanita berumur 21 tahun, sedang
hamil 5 bulan, anak pertamanya. Ia memiliki masalah keputihan yang tidak
kunjung sejak remaja. Pada suatu waktu keluarnya lebih banyak. Timbul rasa
gatal dan lecet karena terus tergaruk. Saat berhubungan, miss V terasa sakit,
panas, perih, dan memerah. Pertanyaannya, apakah keputihan berdampak negative
pada kehamilan? Wanita tersebut juga sudah menjalani pemeriksaan, termasuk Pap
smear. Obat apakah yang harus dikonsumsi untuk mencegah keputihan? Apakah sabun
pembersih yang dipakai pada mulut Miss V tidak memengaruhi kehamilan? Apakah
pola makan dapat memicu keputihan?
Jawabannya
Organ kewanitaan(vagina) selalu
lembab. Hal itu terjadi karena sekresi berbagai kelenjar yang ada di sana. Ada beberapa kondisi yang mengubah sifat
cairan vagina. Yaitu, muncul keluhan gatal, berbau, warna kuning kehijauan,
atau kecokelatan. Terutama bila terdapat infeksi, menggunakan kontrasepsi, ada
proses keganasan pada mulut rahim, sering menggunakan bilas vagina, dan
lain-lain. Kadang, banyaknya keputihan dipicu jenis makanan tertentu. Bisa juga
alergi terhadap sabun atau pakaian dalam.
Pap smear
adalah metode screening
untuk mendeteksi kanker mulut rahim. Kanker itu menempati urutan tertinggi di
antara semua kanker pada wanita dengan angka kesakitan dan kematian tinggi.
Idealnya, Pap smear dilakukan secara berkala. Waktunya, sejak wanita melakukan
hubungan seksual secara aktif. Dengan pemeriksaan itu, perubahan
yang menyimpang (displasia) pada epitel mulut rahim akan diketahui sebelum
berubah menjadi sel kanker. Terutama yang disebabkan infeksi virus human
papiloma. Bila memberikan gejala seperti yang disebutkan pada kasus diatas, sebaiknya keputihan tersebut
diobati, meski dalam keadaan hamil. Tentu, obat yang diberikan harus aman bagi
janin. Keputihan selama kehamilan bisa
terjadi atas pengaruh hormonal.
Keputihan yang abnormal
Keputihan yang abnormal
Bisa menimbulkan
gangguan kehamilan terhadap janin dan ibu hamil atau selama persalinan serta
masa nifas. Misalnya, persalinan premature, ketuban pecah dini, infeksi janin
intrauterine, dan endometritis. Gunakan air bersih untuk bilas
vagina. Pilih celana dalam dari bahan katun yang menyerap keringat dan jangan
terlalu sering menahan kencing. Setelah buang air kecil, segera basuh dan
keringkan dengan handuk. Jangan terlalu sering menggunakan pembasuh vagina yang
mengandung basa. Anda bisa menggunakan larutan pembasuh vagina yang mengandung
laktoserum dan asam laktat. Bahan tersebut tersedia di apotek. Bila belum
membaik, sebaiknya Anda segera berkonsultasi ke dokter kandungan.
(Source: Jawa Pos)
(Source: Jawa Pos)